Bandung – Victor Assani Desiawan, dosen pada program studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi dan Bisnis Energi (FTBE) meraih gelar Insinyur dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan dikukuhkan di kampus ITB Bandung pada Sidang Terbuka ITB dalam Rangka Wisuda Ketiga ITB TA 2021/2022 program Doktor, Profesi Insinyur, Magister dan Sarjana pada Sabtu, 23 Juli 2022.
Gelar profesi insinyur (Ir.) ini diraih setelah pria yang saat ini juga menjabat sebagai wakil ketua bidang Kerjasama Industri dan Lembaga pada Badan Kejuruan Teknik Industri Persatuan Insinyur Indonesia (BKTI PII) mengikuti perkuliahan pada Program Studi Program Profesi Insinyur (PS – PPI) jalur Rekognisi Pengalaman Lampau (RPL) di ITB Periode II tahun 2021/2022 bersama 130 mahasiswa dari berbagai Fakultas yang ada, termasuk diantaranya 6 mahasiswa dari sub program studi Teknik Industri.
Dibawah bimbingan Prof. Ir. Yassierli, M.Eng, Ph.D, CPE, IPM, Victor dapat menyelesaikan perkuliahan dan merampungkan berbagai tugas termasuk penulisan portofolio keinsinyuran sampai dengan sidang akhir dengan baik. Beberapa materi yang dipaparkan dalam sidang akhir diantaranya adalah Kode Etik dan Etika Profesi Insinyur, Profesionalisme Insinyur serta Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan yang dirangkum dari aktifitas, tugas, pengalaman serta studi kasus yang bersangkutan selama 18 tahun berprofesi di dunia industri otomotif.
Pada sore harinya langsung dilakukan pengambilan sumpah/ janji Insinyur secara daring. Victor Assani bersama dengan insinyur baru lainnya dilantik sebagai Insinyur oleh ketua Komisi PPI ITB Prof. Dr. Ir. Rudy Sayoga Gautama Benggolo, IPU, dengan disaksikan diantaranya oleh Ir. M. Agus Kariem, S.T., M.T., Ph.D, IPM. selaku ketua Program Profesi Insinyur dan Ir. Tota Simatupang, M.Eng, Ph.D, IPU. yang merupakan ketua sub program studi Teknik Industri.
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga, M.Eng.Sc., IPU. yang hadir pada pelantikan Insinyur baru ITB dalam sambutannya mengatakan, “Saat ini Indonesia sangat kekurangan insinyur, baik secara kuantitas maupun kualitas. Bayangkan saja dari jumlah satu juta penduduk, Indonesia hanya memiliki 5.000 insinyur, sementara Vietnam 9.000, bahkan kalau dibandingkan dengan Korea Selatan, mereka jumlahnya 5 kali lipat dari Kita, yaitu 25.000 orang insinyur.”
Lebih lanjut Danis yang juga Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Negara (IKN) memberikan contoh mengenai Korea Selatan yang bisa keluar dari Middle Income Trap, dimana dalam tempo 21 tahun bisa menjelma menjadi negara besar di bidang industri. Salah satu faktor penting dalam hal ini adalah keterlibatan Insinyur khususnya di dunia IT dan Otomotif pada awal-awal pembangunannya. Sehingga untuk menjadi negara maju, sinergi antara asosiasi profesi, dunia industri serta kampus harus lebih ditingkatkan, agar kita dapat mengejar berbagai ketertinggalan yang ada saat ini.
Pasca wisuda dan pengambilan sumpah/janji insinyur, Ir. Victor Assani D, S.Sos, S.T., M.T., IPM. menyampaikan rasa syukurnya, “Alhamdulillah dan terima kasih atas kesempatan dan support yang diberikan oleh semua pihak, sehingga saya dapat menyelesaikan Program Profesi Insinyur dengan lancar dan baik. Nama besar ITB juga tercermin dalam proses pembelajaran, baik secara sistem pembelajaran, pemberi materi maupun proses bimbingan yang sangat praktis namun tepat sasaran.”
Sebagai informasi tambahan, pelaksanaan Program Profesi Insinyur (PPI) merupakan implikasi dari UU No.11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran, serta diperkuat dalam PP No. 25 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan UU tentang Keinsinyuran, dimana sertifikasi profesi insinyur merupakan sebuah kewajiban bagi para profesional yang bekerja di bidang keinsinyuran.