Purwakarta – Berlokasi di PT PLN Nusantara Power (PLTA Cirata) pada Rabu 14 Agustus 2024 atau bertepatan dengan Hari Pramuka yang ke-63, 36 mahasiswa Teknik Industri ITPLN yang terdiri dari mahasiswa angkatan 2022 dan 2023 menyaksikan langsung berbagai proses yang ada di industri pembangkitan ketenagalistrikan di PLTA yang memiliki kapasitas terpasang sebesar 1.008 MW atau rata-rata dapat menghasilkan 1.428 GWh listrik per tahun. PLTA Cirata juga diklaim sebagai pembangkit listrik tenaga air terbesar di Indonesia, bahkan diperkirakan terbesar di Asia Tenggara.
Kunjungan Industri merupakan salah satu program yang dilakukan di program studi Teknik Industri. Hal ini merupakan wujud implementasi pola pembelajaran 4-4-2 yang merupakan terobosan kurikulum yang dijalankan oleh ITPLN dengan komposisi 40% teori, 40% problem solving, dan 20% terjun langsung ke industri terutama di semester sebelumnya yang telah berjalan. Diantaranya untuk mata kuliah Teknik Tenaga Listrik, Konversi Energi, dan Perencanaan dan Pengendalian Produksi.
Rombongan yang dipimpin langsung oleh Utami Wahyuningsih, ST, MT. selaku kepala Program Studi Teknik Industri ITPLN ini tidak tanggung-tanggung didampingi langsung oleh Dr. Ir. Edy Susanto, ST, MT, IPM, Dekan pada Fakultas Teknologi dan Bisnis Energi (FTBE) serta beberapa dosen prodi Teknik Industri ini diterima dan disambut oleh Geraldy Noorzamarend Reza Pahlevi selaku Officer Umum dan CSR di Gedung Cisabu.
“Apresiasi yang tinggi atas kesempatan yang diberikan oleh PLTA Cirata. Diharapkan dengan adanya kunjungan ini akan dapat memberikan banyak gambaran menganai bagaimana dunia industri khususnya industri kelistrikan berlangsung, karena ruh dari berbagai program studi di ITPLN adalah energi dan kelistrikan. Sehingga kunjungan industri kali ini sangatlah tepat.” ungkap Utami Wahyuningsih, ST, MT, dalam sambutannya.
Pada saat meninjau lapangan, mahasiswa diajak untuk melihat berbagai proses diantaranya adalah bagaimana input dalam hal ini adalah air yang rata-rata volumenya mencapai sebanyak 2.165 juta m³ yang ada di waduk yang diproses dengan cara dialirkan untuk menggerakan turbin. Air yang terdapat di bendungan tersebut, dengan gaya grafitasi akan akan turun ke dalam lubang untuk memutar turbin. Turbin yang berputar inilah yang menghasilkan output dasar yaitu energi mekanik yang selanjutnya dikonversikan melalui generator dan menjadi output akhir yaitu energi listrik.
Tidak hanya berhenti disitu, hasil atau output yang berupa energi listrik tersebut kemudian akan dilanjutkan ke power supply listrik melalui kabel yang dibentangkan dan ditahan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Selanjutnya aliran listrik itu didistribusikan ke “market” yakni ke berbagai keperluan industri maupun rumah tangga yang ada di wilayah Jawa, Madura bahkan sampai Bali.
Nama besar Cirata juga semakin berkibar dengan diresmikannya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata 192 MWp. PLTS Terapung Cirata merupakan pembangkit listrik tenaga Surya terapung pertama di negeri ini sekaligus terbesar di kawasan Asia Tenggara. PLTS yang dibangun di atas Waduk Cirata yang pembangunannya memerlukan waktu kurang lebih tiga tahun ini tidak tanggung-tanggung berada di tiga wilayah di Jawa Barat, yakni Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat.
Kegiatan ini dirasa sangat menarik, karena dalam keilmuan teknik industi, para mahasiswa mempelajari bagaimana terjadinya proses industri dimana adanya aliran dari input yang kemudian saling berintegrasi dan berproses dalam menghasilkan output atau produk. Sehingga kunjungan industri ini semakin memberikan gambaran mengenai apa dan bagaimana termasuk posisi insinyur teknik industri nantinya di dunia kerja.
Pertanyaan yang selama ini ada di benak mahasiswa mengenai seperti apa peranan teknik indusri dalam industri pembangkitan ketenagalisrikan pun terjawan dengan adanya kunjungan industri ini
“Kunjungan industri di PLTA Cirata termasuk PLTS nya ini dapat membuka cakrawala kami mengenai dunia nyata atau dunia kerja, termasuk bagaimana peran dan posisi teknik industri khususnya dalam industri pembangkit ketenagalistrikan. Ini sangat baik dan perlu diteruksan bahkan diperbanyak.” Ungkap Dejan Abiyyu yang juga ketua Himupan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) ITPLN.
Melihat antusiasme para mahasiswa yang hadir, Lili Rasyidi, ST, MT. selaku dosen pembimbing lapangan menjanjikan akan meningkatkan intensitas kegiatan Kunjungan Industri dan dengan variasi industri yang lebih banyak lagi, termasuk dengan mendatangkan para praktisi industri untuk memberikan kuliah-kuliah di kelas Teknik Industri.